it’s about all word’s

Seks imitasi terus dicari

Posted on: February 23, 2008

Entah sejak kapan mulai menggejala, toko yang menjual alat bantu seks (sex shop) belakangan ini dengan mudah dapat dijumpai. Sex shop ini menjual banyak jenis alat bantu seks, mulai dari ‘obat kuat’, obat oles untuk memperbesar penis dan payudara, serta Viagra dan sejenisnya.

Selain itu, sex shop yang menjamur keberadaannya di kota-kota besar juga menawarkan beragam alat seperti boneka buatan Jepang dan Taiwan, vibrator, kondom berduri, atau vagina dan penis elektrik, baik melalui selebaran atau layanan telepon. Inikah yang dimaksud dengan kebutuhan pencitraan relasi seksual versi terbaru?

Di Jakarta dan banyak kota besar lainnya seperti Surabaya, Bandung, dan Medan, toko yang menjajakan alat bantu seks jumlahnya semakin merebak saja.

Di Jakarta, misalnya, jumlah sex shop yang mengiklankan diri secara rutin dan terang-terangan jumlahnya mencapai sekitar 10 toko. Ini tentu belum termasuk pedagang yang menawarkan alat bantu seks secara sembunyi-sembunyi.

Hampir semua sex shop itu memberikan jasa pengantaran langsung secara gratis untuk wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek).

Sebuah toko di Jl. PR dekat Hotel HS di kawasan Jakarta Timur, misalnya, merupakan salah satu sex shop yang boleh dikatakan terlengkap di Jakarta. Di sini dijual berbagai alat bantu seks seperti penis elektrik yang bisa ngebor, vagina, kondom berduri dan boneka full body maupun non-full body. Kalau Anda hanya ingin mencari VCD atau DVD porno (blue film), di toko ini juga dijual beberapa judul terbaru.

Untuk boneka full body setinggi sekitar 160 cm made in Taiwan, harganya dipatok Rp950.000. Dibandingkan boneka keluaran lama yang hanya mampu memberikan sensasi getaran, boneka keluaran terbaru memiliki vagina yang bisa bergoyang selain bergetar.

Kemudian, penis elektrik yang terbuat dari silikon kenyal dan halus buatan Jepang dipatok dengan harga Rp320.000, sedangkan untuk penis elektrik yang bisa diatur kecepatannya dibandrol Rp350.000.

Selain boneka dan penis, sex shop yang satu ini juga memperdagangkan berbagai macam kondom yang unik. Satu jenis kondom yang paling laku dijual di sini adalah kondom duri seharga Rp150.000 per buah.

“Keistimewaan kondom ini bisa dicuci setelah dipakai. Kami menjamin kondom ini kuat dipakai sampai delapan bulan,” kata AR, penjaga toko yang mengaku setiap harinya toko ini didatangi 30-40 orang, baik pria maupun wanita.

Satu toko alat bantu seks lainnya di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, juga memiliki banyak pelanggan. Ragam alat bantu seks yang ditawarkan di sini juga sama dengan yang ditawarkan pedagang lainnya. Hanya saja, beberapa alat seperti vagina dan penis memiliki kelebihan.

Vagina getar yang sederhana ditawarkan Rp350.000 per buah. Sementara yang dibandrol seharga Rp500.000 memiliki kelebihan bisa bergetar, bergoyang, dan mendesah. Demikian pula untuk penis elektrik.Untuk yang harganya Rp450.000 memiliki kelebihan bisa maju mundur, berputar, dan suara pria yang mengerang ketika orgasme. Sedangkan penis elektrik seharga Rp350.000 tidak memiliki kelebihan itu.

Bahkan di satu sex shop lainnya di kawasan Pal Merah, Jakarta Barat, saat ini gencar menawarkan boneka dengan wajah Madonna yang bisa bergoyang dan bergetar. Mungkin akan lebih menggoda lagi bila boneka Madonna bergetar sambil bernyanyi Like a virgin, touched for the very first time…

Penawaran online

Selain membuka toko, para pedagang juga banyak yang memperdagangkan alat bantu seks secara online. Salah satu situs yang paling populer adalah http://www.alatbantuseks.tk. Situs ini dikelola PT Baruna Jaya yang berbasis di Batam.

Di dalam situs tersebut, pada halaman pertama tampilan terpampang dua pilihan, man stuff untuk para pria dan woman stuff untuk wanita. Kalau Anda pria, maka ketika Anda mengklik man stuff, akan muncul beraneka ragam alat bantu seks lengkap dengan kode produknya, mulai dari vagina dan anal tiruan dengan harga bervariasi.

Untuk merek Tera Patrick Pussy and Ass dibandrol dengan harga Rp430.000, Honey Pot yang terbuat dari bahan lateks seharga Rp155.000, Kira Real Vagine Rp225.000, Clone Vagine Rp215.00, dan masih banyak lagi lainnya yang bisa dipilih sebagai pemanja syahwat.

Kemudian, bila Anda wanita dan mengklik woman stuff, maka Anda bisa menemukan beberapa alat bantu seks seperti vibrator dan penis dalam berbagai ukuran dengan harga antara Rp100.000 hingga Rp500.000 per buah, tergantung kemampuan dan ‘daya jelajah’ masing-masing.

Semua alat bantu seks yang diperdagangkan di dalam situs ini, didatangkan secara ilegal dari Australia dan Singapura. Sedangkan untuk menjaga privacy pemesan, alat bantu seks dikirim melalui titipan kilat dengan paket tertutup terbungkus kertas coklat polos, tanpa tulisan, logo, atau gambar apapun selain nama dan alamat pemesannya.

Menurut Wimpi Pangkahila, seksolog dari Universitas Udayana, Denpasar, Bali, alat bantu seks sebenarnya sudah sejak lama dikenal dalam istilah kedokteran. Pada tingkat gangguan tertentu orang memang memerlukan alat bantu seks sebagai pengobatan atau terapi.

“Pada perempuan, misalnya, ada yang dinamakan terapi masturbasi akibat kegagalan orgasme. Untuk program ini, mereka menggunakan Eros CTD [clitoral therapy device] yang memiliki standar FDA [Food and Drug Administration, AS],” ujarnya.

Eros CTD berfungsi menghisap klitoris, sehingga aliran darah ke klitoris meningkat. Dengan begitu, klitoris menjadi besar dan lebih peka terhadap rangsangan.

Menurut Wimpi, mereka yang menggunakan alat bantu seks tidak bisa disebut menderita kelainan atau bahkan sakit jiwa. “Seorang pria yang sudah beristri menggunakan boneka saat business trip, misalnya, itu jauh lebih baik ketimbang mereka main dengan WTS. Tapi yang lebih parah, mereka membawa boneka supaya istri tidak curiga kalau dia kencan dengan WTS,” katanya.

Dia mengatakan sebenarnya alat-alat bantu seperti kondom berduri dan sejenisnya tidak menimbulkan rangsangan seksual yang cukup berbeda pada pasangan. “Yang ada adalah rangsangan secara psikologis.”

Wimpi mengingatkan agar sebelum menggunakan alat bantu seks standar kebersihan dan bahan yang digunakan agaknya patut dipertimbangkan.

Pelanggan tetap

Menurut pengakuan Ridwan, sebut saja begitu namanya, seorang penjaga sex shop di Jl. PR dekat Hotel HS, pelanggan yang datang ke tempatnya sebagian besar pelanggan tetap. “Kalau toh ada wajah baru, biasanya mereka diberitahu pelanggan kami atau membaca iklan kami di koran,” katanya.

Para pelanggan tetap yang biasanya adalah orang kantoran, demikian Ridwan, memang sengaja datang lagi untuk mendapatkan alat-alat terbaru. “Biasanya mereka telepon menanyakan alat-alat tertentu. Kalau kebetulan stok kami ada, ya mereka biasanya langsung datang kemari,” ujar Ridwan.

Berdasarkan pemantauan Bisnis di toko ini, beberapa pelanggan pria yang datang memang berpakaian perlente. Namun mereka enggan atau merasa malu ditanya mengenai peralatan yang mereka beli.

Masih menurut pengakuan Ridwan, berdasarkan pengalamannya mengantar ke sejumlah pembelinya, rata-rata pembeli alat bantu seks adalah eksekutif atau bos yang berkantor di gedung perkantoran mentereng.

Menjamurnya sex shop di Jakarta dan banyak kota di Indonesia mencerminkan bahwa seks imitasi masih saja terus dicari. Apakah hal ini berarti pula bahwa individu sudah tidak mampu lagi membahagiakan pasangannya di atas tempat tidur atau sekadar mencari sensasi seks dalam bentuk lain?

Kesenangan, picu penggunaan alat bantu seks

Satu pertanyaan yang muncul ketika seseorang menggunakan alat bantu seks adalah apakah orang itu normal atau tidak? Dari kacamata awam, jawabannya tentu saja tidak normal. Berbeda dengan jawaban dari kacamata seksolog yang menyatakan bahwa penggunaan alat bantu seks wajar bila memang yang bersangkutan ada masalah dengan hubungan seks.

Terlepas dari apakah seseorang menggunakan alat bantu seks untuk terapi atau sekadar mendapatkan fantasi lain, kenyataan yang ada menggaris tebal bahwa alat bantu seks-mulai dari kondom berduri, vibrator, penis elektrik, hingga boneka Madonna yang bisa ‘disetubuhi’-saat ini banyak ditawarkan di pasaran, tentunya secara sembunyi-sembunyi.

Jumlah pedagangnya semakin hari semakin bertambah. Hal ini tentunya dipicu oleh tingginya permintaan akan alat bantu seks.

Berdasarkan polling yang dilakukan seorang seksolog terhadap 142 responden pria, diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan memerlukan sarana yang dapat meningkatkan rangsangan birahi sebelum melakukan hubungan seks. Sementara 26,76% di antaranya mengaku tidak butuh.

Jajak pendapat itu juga mengungkapkan bahwa sepertiga lebih atau 69,01% dari responden menganggap wajar kebutuhan alat bantu pembangkit gairah seks itu. Sedangkan 22,54% menganggap tidak wajar dengan alasan itu bisa dikategorikan tidak normal atau menderita kelainan.

Para responden sebagian besar (74,65%) menyatakan membutuhkan alat bantu seks untuk ‘memanaskan’ birahinya ketika sedang bad mood dan hanya 6,53% yang selalu memerlukannya setiap akan berhubungan intim.

Meskipun 54,93% pria responden itu menyatakan membutuhkan alat bantu perangsang ketika bercinta dengan istri mereka, namun 26,76% di antaranya melakukannya dengan siapa saja atau perempuan lain.

Mereka termasuk pria yang mudah terangsang setiap melihat sesuatu yang erotis (69,01%), sedangkan yang hanya bisa terangsang dengan pasangan resmi sebesar 16,90%, dan hanya 2,82% yang mengaku sulit terangsang.

Status sosial responden atau pria penjawab polling itu cukup representatif. Sebagian besar, 59,15%, berpendidikan S1. Sebanyak 14,08% bergelar S2, dan sisanya berijazah diploma.

Penghasilan para responden yang berkisar Rp2-Rp5 juta per bulan sebanyak 36,62%, pria berpenghasilan di atas Rp5 juta (32,39%), dan selebihnya di bawah Rp2 juta.

Usia responden dalam kisaran 30-35 tahun sebanyak 22,54%, berusia antara 24-29 tahun sebesar 30,99%, di atas 35 tahun berjumlah 28,17%, dan sisanya di bawah usia 24 tahun.

Wanita karir

Bila pertanyaan dalam polling itu diajukan kepada wanita, kemungkinan besar jawabannya tidak jauh berbeda. Dengan kata lain, kaum wanita juga menikmati alat bantu seks.

Di Surabaya, seperti dilansir sebuah harian, seksolog Didi Aryono Budiyono, mengungkapkan banyak wanita karir di kota ini yang menggunakan sex toys atau alat bantu seks. Penggunaan alat bantu seks bahkan menjadi tren, khususnya di kalangan wanita karir yang memutuskan hidup melajang.

Wanita itu seakan-akan menikah dengan alat bantu seks. Mereka telah mendapati kehidupan yang nyaman tanpa harus menikah. Revolusi seks seperti ini juga terjadi di banyak negara maju.

Di AS, Kanada, dan banyak negara Eropa, alat bantu seks diperdagangkan secara terbuka dan terang-terangan. Berbeda dengan di Indonesia, alat bantu seks diperdagangkan secara ilegal bahkan banyak di antaranya yang ‘membungkus’ alat bantu seks dengan plang nama menjual obat kuat.

Alat bantu seks yang banyak digunakan para wanita dan diyakini mampu memunculkan orgasme dalah Eros CTD (clitoral therapy device) sudah disetujui FDA, AS. Alat ini bisa diperoleh dengan resep dokter.

Kemudian vibrator, dildo (penis buatan) serta fucking machines yang mampu menggerakkan dildo sehingga dapat berfungsi secara otomatis memasukkan dan mengeluarkan dildo dalam vagina.

Menurut Wimpi Pangkahila, seksolog dari Universitas Udayana, Denpasar, Bali, satu hal yang membuat alat bantu seks menjadi sangat populer sekarang ini adalah kenyataan bahwa hubungan seks bertujuan untuk kesenangan (fun).

“Kalau dulu, hubungan seks untuk bikin anak. Sekarang tidak lagi. Dengan batasan 2-3 anak, hubungan seks sekarang ini ditujukan untuk kesenangan semata. Maka dari itu, banyak di antara mereka yang mencari alat bantu seks untuk memompa kesenangan saat menjalin hubungan seks,” katanya.

Bisnis Indonesia Edisi: 08/08/2004

Leave a comment

Categories

Archives

Pages

February 2008
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
2526272829